Klasifikasi Proses dan Bentuk Korosi
Pembagian menurut bentuk, pada umumnya adalah untuk membedakan hasil atau produk korosi yang dapat dilihat, dengan maksud pada mulanya untuk mencatat dan menggolongkan jenis-jenis kerusakan akibat korosi yang terjadi pada struktur atau komponen, sehingga memudahkan dalam analisa. Dengan memahami bentuk dan penyebabnya akan memudahkan upaya-upaya ke arah pengendalian atau perbaikan dalam desain.
1. Klasifikasi Proses Korosi
Klasifikasi proses dapat didasarkan atas korosi suhu rendah dan suhu tinggi, korosi kimia atau oksidasi langsung dan korosi kimia listrik, serta korosi basah dan kering.
Klasifikasi atas dasar korosi basah dan kering yang membedakan aspek lingkungan ini, merupakan klasifikasi yang sederhana tetapi dapat berlaku umum dan mudah diterima. Korosi basah adalah korosi yang melibatkan reaksi di dalam larutan dengan air atau berua elektrolit, sedang korosi kering adalah korosi tanpa adanya komponen air, tanpa phasa cair (uap & gas) yang diasosiasikan dengan reaksi pada suhu tinggi dan terjadinya oksidasi awal.
2. Klasifikasi Bentuk Korosi
Ada beberapa jenis korosi yang dapat diidentifikasi dalam bentuk korosi.
a. Korosi Umum (merata)
Korosi ini terjadi merata pada seluruh permukaan, tidak jelas daerah anoda dan katoda, biasanya kontak dengan asam atau larutan. Pada oksidasi suhu tinggi dan udara kering terjadi juga korosi merata. Produk korosi bisa merupakan lapisan yang melindungi terhdap serangan korosi selanjutnya atau bisa juga larut seperti pada reaksi proses kimia langsung.
b. Korosi Retak Tegang, Lelah dan Hidrogen
Kejadian patah getas pada baja disebabkan oleh lingkungan korosi merata. Retak karena korosi lingkungan seperti ini disebut korosi retak tegang bila ada tegangan yang bekerja, korosi retak lelah bila ada beban siklik yang bekerja dan korosi reta hidrogen, masing-masing di dalam lingkungan korosif.
c. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking)
Gejala retak pada logam dalam kasus ini adalah disebabkan oleh lingkungan korosif dan beban (tegangan) yang terus menerus. Karena aksi kedua faktor ini korosi retak tegang terjadi. Aksi korosi pada daerah konsentrasi tegangan menyebabkan daerah itu melampaui batas luluh (yield). Seterusnya pada pengikisan oleh korosi di daerah ini konsentrasi tegangan menjadi lebih tinggi yang akhirnya retak. Fenomena seperti ini terjadi juga pada bahan non logam.
d. Korosi Retak Lelah (corrosion fatique cracking)
Mirip denga kasus retak beban statis, disini retak disebabkan oleh karena adanya beban siklik (bolak-balik) yang berada dalam lingkungan korosif. Patah terjadi di bawah batas lelah logam.
e. Korosi Retak Pengaruh Hirogen (hydrogen induced cracking)
Retak ini disebabkan oleh peningkatan kegetasan pada permukaan logam dan dalam kristal oleh hidrogen yang berasal dari akibat korosi, lapis listrik (electroplating), pencucian asam (pickling) atau pada proteksi katodik. Kemudian hidrogen juga berdifusi dari permukaan ke dalam kisi kristal. Hidrogen kadar rendah ini bisa keluar lagi dari permukaan oleh pemanasan (reversible). Fenomena lainnya dari bentuk ini adalah penggetasan hidrogen, retak oleh kandungan hidrogen dan oleh tegangan akibat hidrogen.
f. Korosi Sumur (pitting corrosion)
Korosi setempat dari korosi seperti ini terus menembus ke dalam membentuk lubang atau sumur. Korosi ini terjadi bila suatu lapisan pelindung ada bagian yang rusak, maka bagian ini menjadi anoda dan bagian yang utuh atau tempat produksi korosi berada menjadi katoda, dan korosi sumur terjadi pada bagian anoda.
g. Korosi Intergranular
Korosi terjadi pada batas butir kristal, karena serangan selektif dan retak interkristalin terjadi sepanjang batas butir. Kasus pengendapan karbida pada batas butis oleh pengelasan baja tahan karat misalnya, menyebabkan serangan korosi si sebelah-menyebelah sepanjang karbida yang lebih anodis dibanding lainnya yang lebih katodis.
h. Korosi Erosi
Korosi erosi adalah reaksi korosi yang dipercepat oleh kecepatan dan abrasi lingkungan cair yang bergerak serta partikel padat yang terkandung di dalamnya. Peristiwa korosi dan erosi oleh tumbukan cairan pada permukaan logam ini menghasilkan korosi setempat.
i. Kavitasi
Kerusakan material karena pecahnya gelembung-gelembung udara dalam lingkungan cair pada permukaan logam. Pengulangan berturut-turut pecahnya gelembung-gelembung tersebut akan merusak lapisan pelindung, retak atau lelah pada permukaan.
j. Korosi Gesek (fretting corrosion)
Korosi setempat ini terjadi pada antar-muka antara 2 permukaan yang bergesekan dengan tekanan (misalnya karena getaran). Disini terjadi perbedaan regangan elastis sebagai penyebabnya. Retak lelah atau konsentrasi tegangan pada suatu tempat akan menjadi korosi sumur. Lapisan pelindung yang aus akan menimbulkan korosi galvanik atau sel konsentrasi.
k. Korosi Galvanis Panas (thermogalvanic corrosion)
Korosi ini diakibatkan oleh sel galvanik karena perbedaan panas pada suatu batang logam, misalnya pada beban pemanasan atau kehilangan panas yang tak merata. Ini mirip dengan korosi galvanik. Anoda terjadi pada bagian yang panas dan katoda pada bagian yang dingin.
Referensi:
K, Wahyudin. 2000. Handout Teknik Korosi (jilid 1). Bandung: JPTM FPTK UPI.
vlack, van.1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Penerbit Eelangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar