Marquee

Informasi yang Diberikan Hanya Sebagai Bacaan, Penunjuk Arah atau Bahan Pembanding dari Buku Referensi Aslinya.

Laman

Iklan

Kamis, 14 Juli 2011

Uji Validitas Instrumen

Uji Validitas (Validity Test) Instrumen

“Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono, 2008 : 121). Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian dilakukan dua uji validitas yaitu uji validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).
Pada instrumen terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi yaitu pengujian validitas instrumen terhadap isi instrumen yang dilakukan melalui professional judgement. Setelah itu, pada instrumen dilakukan pengujian validitas konstruk untuk melihat sejauh mana instrumen mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukur dengan cara melakukan uji coba instrumen pada sasaran dalam penelitian dan melakukan perhitungan derajat validitas. Pengujian validitas setiap item pada instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Bivariate Pearson sebagai berikut:

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas (Reliability Test) Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Menurut Sugiyono (2008 : 121) “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama”. Reliabilitas instrumen diukur dengan menggunakan Cronbach Alpha.. Adapun rumus Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:

Uji Koefisien Korelasi

Uji Koefisien Korelasi (Coefficient Correlation Test)

“Uji Koefisien Korelasi digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen” (Sugiyono, 2008). Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan analisis Pearson Product Moment. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:










Setelah diperoleh koefisien korelasinya maka untuk menginterpretasikan koefisien korelasi tersebut digunakan pedoman sebagai berikut:











Sumber:
Arikunto (1997: 186)
Sugiyono (2008: 184)

Teori Dasar Korosi

Teori Dasar Korosi (the fundamental theory of corrosion)

Untuk keperluan konstruksi yang diperhatikan pada umumnya adalah sifat-sifat yang berdasarkan sifat mekanik dan fisik, material tersebut bisa berupa jenis logam, paduan, plastik, karet, keramik, komposit, kayu, dsb.
Korosi adalah proses interaksi berupa kontak secara langsung dari material yang berbeda yang berada pada lingkungan korosif. Sedangkan menurut ilmu bidang keteknikan, korosi adalah reaksi antara bahan konstruksi padat (logam, keramik, polimer, komposit, dsb) dengan lingkungan yang menyebabkan kerusakan atau penurunan fungsinya.
Reaksi interaksi tersebut dengan mudah terjadi sendirinya karena tingkat keadaan yang sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain. Hasil yang diperoleh dari reaksi tersebut adalah bentuk dan keadaan yang cocok dengan lingkungan tersebut.
Reaksi dengan lingkungan dalam lingkup korosi ada yang tidak diinginkan yang benar-benar merusak bahan konstruksi (logam) tetapi ada yang justru hasil dari reaksi korosi tersebut membentuk lapisan pada permukan bahan logam tersebut yang dapat melindungi korosi lebih lanjut. Peristiwa ini terjadi misalnya pada logam tembaga, titanium, aluminium atau pada sejenis baja yang dikembangkan untuk tahan cuaca (weathering steel).

Dalam fenomena korosi logam ada beberapa faktor yang penting, yaitu:
a. Logam-komposisi, struktur atom, ketidakseragaman secara mikro dan makro, beban mekanik (tegangan) dan sebagainya.
b. Lingkungan-sifat kimia, konsentrasi bagian yang agresif, kandungan unsur-unsur yang aktif, tekanan, suhu, kecepatan aliran, tumbukan dan sebagainya.
c. Bidang kontak antara permukaan logam dan lingkungan-kinetika pelarutan, oksidasi logam, reduksi ion, dan keadaan, tempat terjadinya hasil reaksi, serta pembentukan dan pelarutan lapisan pada permukaan, dan sebagainya.

Dari faktor-faktor tersebut di atas kelihatan mekanisme korosi logam sangat komplek dan perlu kejelasan fenomena yang melibatkan beberapa cabang ilmu, yaitu ilmu bahan logam (fisika-logam, metalurgi-fisika, dsb) dan ilmu kimia-listrik (reduksi-oksidasi, kinetika, dsb) serta ilmu bakteri.

Korosi tidak bisa dihindari sama sekali, tetapi hanya bisa dikurangi atau dikendalikan (dikontrol). Pencegahan (prevention) adalah usaha-usaha yang dilaksanakan sebelum konstruksi terpasang, termasuk pemilihan bahan-bahan yang tahan korosi, perancangan dalam mencegah adanya pemakaian beberapa jenis logam yang berbeda, dimensi atau perhitungan tebal komponen. Perlindungan (protection) adalah usaha-usaha melindungi untuk komponen-komponen yang terpasang termasuk metoda-metoda pemisahan dengan lingkungan (inhibitor) atau sistem katodis (berdasar mekanisme tingkat oksida-reduksi).

Referensi:
K, Wahyudin. 2000. Handout Teknik Korosi (jilid 1). Bandung: JPTM FPTK UPI.
vlack, van.1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Penerbit Eelangga.

SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Las Busur Listrik atau SMAW (Shielded Metal Arc Welding), juga dikenal dengan MMAW (Manual Metal Arc Welding), adalah proses pengelasan listrik secara manual yang menggunakan busur listrik diantara elektroda berlapis flux dan benda kerja untuk memperoleh lasan.
 Prinsip kerja SMAW:
Peralatan SMAW pada umumnya berisi arus konstan yang berasal dari power supply dan elektroda. Prinsip kerjanya yaitu dengan melelehkan logam yang disambung dengan menggunakan arc yang terjadi antara electrode bersalut dan base metal sehingga terjadi fusion. Salutan electrode disebut flux yang berfungsi membantu membentuk arc dan menjadi shielding gas serta membentuk slag yang melindungi lasan dari contaminasi udara luar.
 Komponen-komponen Utama:
Peralatan utama proses SMAW terdiri dari power source/welding machine
dan kabel/lead baik ground cable maupun electrode holder cable
 Teknik Pengelasan:
Striking the arc/membuat arc
Terdapat 2 tehnik membuat arc :
Scratch start, Scracth start dilakukan dengan menarik electrode kesudut yang cukup besar kemudian menggesekanya ke base metal, ketika timbul arc electrode diangkat ke atas, jika electrode lengket segeralah mencabutnya.
Tapping start, Tapping start dilakukan dimana electrode hanya mengambil sudut yang kecil lalu menggesekannya ke base metal, saat timbul arc electrode diangkat ke atas.
Gerakan electrode selama pengelasan
Gerakan electrode selama pengelasan terbagi menjadi 3 :
1. Stringer bead
2. Weave bead
3. Weave pattern
Stringer bead sangat bagus untuk groove yang kecil/sempit sedangkan weave bead digunakan untuk groove yang lebar.
Lebar weaving standart adalah 3 x diameter electrode yang digunakan.
Las Busur Listrik/SMAW
 Keuntungan:
• Las busur listrik paling banyak digunakan karena metodenya mudah dilakukan.
• Biaya peralatan yang rendah sehingga banyak dipakai industri kecil.
 Kerugian:
• Arc blow yang dihasilkan dapat menyebabkan porositas pada lasan.
Alat-alat keselamatan kerja Las Busur Listrik/SMAW:
• Apron
• Sarung tangan
• Welding mask/kap las

Pengelasan

Pengelasan (Welding)
Pengelasan adalah proses fabrikasi dalam menyambung material-material, biasanya logam atau thermoplastic, yang sering dilakukan dengan mencairkan benda kerja dan menambahkan material pengisi untuk membentuk genangan material cair yang mendingin untuk menjadi sambungan yang kuat.
Macam-macam proses pengelasan:
1. Shielded metal arc welding (SMAW)
2. Gas metal arc welding (GMAW)
3. Flux cored arc welding (FCAW)
4. Gas tungsten arc welding (GTAW)
5. Electro gas welding (EGW)
6. Plasma arc welding (PAW)
7. Submerged arc welding (SAW)
8. Resistance welding (RSW)
9. Electro slag welding (ESW)
10. Oxyacetylene welding (OAW)
11. Thermit welding
12. Laser beam welding (LBW)
13. Electron beam welding (EBW)

Fusion welding adalah suatu proses pengelasan dengan melibatkan pencairan dari material yang akan disambung. Contohnya: acetylene welding, arc welding.
Solid state welding adalah suatu metode pengelasan modern dengan tidak melibatkan pencairan dari material yang akan disambung. Contohnya: ultrasonic welding, explosion welding, co-extrusion welding, cold welding, diffusion welding, friction welding, high frequency welding, hot pressure welding, induction welding dan roll welding.
Soldering adalah suatu proses penyatuan dua atau lebih suatu logam melalui pencairan dan pengaliran logam pengisi ke dalamnya, logam pengisi yang digunakan mempunyai titik lebur yang relatif rendah. Contohnya: perakitan komponen elektronik pada PCB, penyambungan pipa tembaga, penyambungan bagian radiator mobil, perakitan bagian kecil dari mesin, dll.
Brazing adalah suatu proses penyambungan dimana logam pengisi non-ferro dipanaskan ke temperatur cair diatas 450oC dan disalurkan diantara dua atau lebih logam berpasangan yang akan disambung. Contohnya: digunakan secara luas pada industri perkakas untuk mengikat logam keras (keramik, cermet, karbit, dan sejenisnya).

Ulasan Novel VOODOO

Bagi yang senang membaca novel-novel fiksi, maka pada kesempatan kali ini saya ingin merekomendasikan sebuah novel fiksi yang bisa menjadi pengalaman membaca anda. Novel ini sendiri saya beli tanpa niat sedikitpun. Berawal dari sebuah bazaar buku, saya iseng melihat-lihat. Nampak di depan mata sebuah novel yang dari covernya saja cukup misterius, apalagi setelah membaca judulnya.
Novel ini berjudul VOODOO. Wow, dari judulnya sudah terbayang seram dan menakutkan, tapi jangan salah persepsi dulu tentang novel ini. Karena novel ini ternyata banyak penghargaan dan pujiannya. Penghargaan tersebut diantaranya: WINNER OF THE INTERNASIONAL THRILLER writers award for best first novel (2007), WINNER OF THE CRIME WRITERS ASSOCIATION IAN FLEMING STEEL DADGGER (2006), WINNER OF THE MACAVITY AWARD FOR BEST NOVEL (2007). Sedangkan pujian diutarakan oleh Crimespree, Observer, Daily Express, Big Issue in the North, The Guardian dan Ali Karim.
Agar tidak salah persepsi maka saya akan ceritakan rangkuman dari novel ini. Latar belakang cerita ini yaitu sebuah misi untuk mencari atau menemukan seorang anak biliuner yang bernama Charlie. Charlie sudah menghilang selama 3 tahun dan ayahnya Allain Carver menduga kalau Charlie diculik. Bagi yang bisa menemukan Charlie akan diberi imbalan 10 juta dolar.
Charlie hilangg di Haiti, tempat menghilangnya sejumlah anak-anak selama lebih dari satu decade. Di negeri yang didominasi VOODOO ini, kabar burung menyebar mengenai ilmu hitam dan tokoh mistis bernama “Mr. Clarinet”, yang selama bertahun-tahun telah menyihir anak-anak pergi dari keluarga mereka.
Untuk mencari tahu, Max Mingus, seorang detektif swasta pun disewa oleh Allain Carver. Max Mingus diperintahkan untuk menemukan Charlie. Padahal, detektif-detektif sebelumnya tak hanya gagal, beberapa juga kehilangan nyawa. Misi ini tak hanya tentang menemukan Charlie, atau penculiknya, atau juga uang yang dijanjikan, tetapi lebih merupakan ujian bertahan hidup.
Nah, itulah sekilas mengenai isi ceritanya. Bagi yang punya banyak waktu luang, maka siapkan diri anda dan baca novel ini. Karena novel ini cukup tebal, yaitu sekitar 670 halaman. So, selamat membaca …………

Las Asetilen

Las Oxyacetylene (Las Asetilen)
Las Oxyacetylene, sering juga disebut las karbit, proses ini memanfaatkan campuran gas oksigen dan gas acetylene untuk menghasilkan nyala api yang keluar melalui nossel. Nyala api ini dipakai untuk mencairkan logam induk dan logam pengisi selama pengelasan.
 Prinsip kerja Las Oxyacetylene:
Prinsip kerjanya yaitu dengan melelehkan logam yang akan disambung dengan menggunakan nyala api yang sangat panas. Logam tambah berupa kawat yang sejenis dengan bahan induk biasanya ditambahkan untuk memperkuat sambungan.
 Komponen-komponen Utama:
• Tabung oksigen dan acetylene
• Blowpipe nozzles
 Teknik Pengelasan
Sebelum memulai pengelasan, periksa terlebih dahulu keamanan tabung oksigen dan acetylene. Lakukan penyalaan dengan menggunakan nyala api normal. Berikan sudut 60 sampai 70 derajat untuk blowpipe nozzle dan 30 sampai 40 derajat untuk bahan tambah. Arah pengelasan dari kanan ke kiri dengan pergerakan rotasi. Sebelum diberi bahan tambah, pastikan bahwa logam induk sudah mencapai titik lelehnya sehingga sambungan lebih kuat dan bahan tambah menyatu dengan logam induk.
Las Oxyacetylene:
 Keuntungan:
• Hasil lasan dapat diperbaiki dan dirapihkan.
 Kerugian:
• Sulit untuk menentukan nyala api yang tepat.
Alat-alat keselamatan kerja Las Oxyacetylene:
• Kacamata las asetylene
• Sarung tangan

Kompresor

Kompresor (compressor)

Kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan meningkatkan tekanan dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam suatu system proses yang lebih besar (dapat sistem fisika maupun kimia contohnya pada pabrik-pabrik kimia untuk kebutuhan reaksi). Secara umum kompresor dibagi menjadi dua jenis yaitu dinamik dan perpindahan positif, seperti yang diperlihatkan gambar di bawah:













Referensi:
Wikipedia

Kompresor Sentrifugal

KOMPRESOR SENTRIFUGAL (centrifugal compressor)

















Kompresor sentrifugal, (kadang-kadang dikenal sebagai kompresor radial) adalah suatu kelas khusus aliran radial dari mesin turbo yang bekerja dengan pengisapan yang meliputi pompa, fan, blower dan kompresor.
Bentuk awal dari mesin turbo dinamik ini adalah pompa, fan, dan blower. Apa yang membedakan mesin turbo awal ini dari kompresor yaitu fluida yang bekerja dapat dipertimbangkan untuk tidak dimampatkan dengan begitu memperbolehkan analisa yang akurat melalui persamaan Bernoulli. Bedanya, kompresor sentrifugal modern mempunyai kecepatan dan analisa yang tinggi dan harus berhadapan dengan aliran termampatkan.
Untuk tujuan-tujuan definisi, kompresor sentrifugal sering mempunyai berat jenis yang meningkat lebih besar dari 5 persen. Juga, sering mengalami percepatan fluida relatif di atas Mach 0.3 ketika fluida yang bekerja adalah udara atau nitrogen. Perbedaannya, fan atau blower sering dipertimbangkan untuk mempunyai berat jenis yang meningkat kurang dari 5 persen dan puncak kecepatan fluida relatif di bawah Mach 0.3.
Pada pengertian yang ideal, kompresor dinamik mencapai suatu kenaikan tekanan dengan penambahan energi kinetik/percepatan untuk aliran kontinu yang melewati rotor atau impeller. Energi kinetik ini kemudian dikonversi untuk pengingkatan tekanan statis dengan memperlambat aliran yang melalui diffuser.

 Keuntungan
Kompresor sentrifugal digunakan seluruh industri sebab mempunyai bagian bergesekan yang lebih sedikit, secara relatif energi efisien, dan memberi aliran udara yang lebih tinggi dibanding kompresor reciprocating dengan ukuran yang sama (yaitu. positive-displacement). Kelemahan utamanya adalah bahwa mereka tidak bisa mencapai perbandingan kompresi yang tinggi dari pada kompresor reciprocating tanpa multi stage. Fan/Blower sentrifugal lebih sesuai untuk pemakaian yang kontinu seperti fan ventilasi, penggerak udara, bagian pendingin, dan penggunaan lain yang memerlukan volume tinggi dengan sedikit atau tanpa peningkatan tekanan. Bedanya, kompresor sentrifugal multi-stage sering mencapai pengeluaran tekanan 8,000 sampai 10,000 psi ( 59 MPA sampai 69MPa) penginjeksian kembali gas alam ke lahan minyak untuk meningkatkan produksi minyak.
Kompresor sentrifugal sering digunakan pada mesin turbin gas kecil seperti APUS ( unit daya bantu) dan turbin gas pesawat terbang kecil. Alasan penting untuk ini adalah bahwa dengan teknologi sekarang, aliran kompresor yang sama akan sedikit lebih efisien kaitan utamanya dengan kerugian jarak ujungnya. Terdapat beberapa kompresor sentrifugal langkah tunggal yang memiliki rasio perbandingan di atas 10:1, dalam kaitan dengan pertimbangan tegangan yang benar-benar membatasi keselamatan kompresor, ketahanan dan waktu pakai.
Untuk turbin gas pesawat terbang; kompresor aliran sentrifugal menawarkan beberapa keuntungan yang mencakup kesederhanaan pembuatan, biaya relatif rendah, berat/beban rendah, peralatan penyalaan yang sedikit, dan efisiensi pengoperasian yang luas cakupannya pada kecepatan putaran. Sebagai tambahan, panjang pendeknya kompresor sentrifugal dan desain spoke-like memperbolehkannya untuk mempercepat udara dengan cepat dan dengan seketika mengirimkannya pada diffuser dengan jarak yang pendek. Kelemahan yang paling penting adalah daerah aliran di bagian depan yang secara relatif lebih besar. Untuk alasan ini dan yang lainnya, turbin gas pesawat terbang yang menggunakan sentrifugal stage di dalam kompresor cenderung untuk menjadi lebih kecil dan digunakan pada turboshaft atau aplikasi mesin turboprop (referansi catatan mesin pesawat terbang). Kompresor yang lebih kecil ini bentuknya bervariasi, tetapi biasanya terbagi menjadi dua kategori axi-centrifugal dan 2-stage sentrifugal. Kecepatan Ujung kompresor sentrifugal sering dapat menjangkau Mach-1.3. pada turbin gas 2-stage sekarang ini, tekanan tinggi yang naik tiap stage mengijinkan kompresor modern ini untuk memperoleh keseluruhan perbandingan kompresi 15:1.

 Aplikasi
Daftar tiap bagian dari aplikasi kompresor sentrifugal meliputi:
• Pada saluran pengangkutan gas-alam untuk memindahkan gas dari lokasi produksi kepada konsumen.
• Pada penyulingan minyak, pabrik pemrosesan gas alam, pabrik kimia dan petrokimia
• Pada pabrik separasi udara untuk membuat hasil gas akhir yang bersih.
• Pada refrigerasi dan peralatan bahan pendingin alat beredar pendingin.
• Pada industri dan pabrikasi untuk menyediakan udara bertekanan untuk semua jenis peralatan pneumatik.
• Pada turbin gas dan unit daya bantu
• Pada pesawat terbang bertekanan untuk menyediakan tekanan udara pada ketinggian tertentu.
• Pada mesin otomotif dan mesin diesel turbochargers.
• Pada re-injection ladang minyak dari gas-alam tekanan tinggi untuk meningkatkan pengolahan minyak.

 Batas-batas Pengoperasian
Banyak kompresor sentrifugal mempunyai satu atau lebih batas-batas beroperasi berikut ini:
o Kecepatan Beroperasi Minimum - kecepatan minimum untuk operasi yang bisa diterima, di bawah harga ini kompresor dapat dikendalikan untuk berhenti atau bekerja pada kondisi ‘Idle’.
o Kecepatan Maksimum yang diijinkan – kecepatan operasi maksimum untuk kompresor. Di luar harga ini tegangan-tegangan dapat dinaikkan di atas batas yang ditentukan dan getaran rotor boleh ditingkatkan dengan cepat. Pada kecepatan di atas ini peralatan pengukuran akan mungkin menjadi sangat berbahaya dan dikendalikan ke kecepatan lebih lambat.
o Dinding tembok atau choke- terjadi di bawah salah satu dari 2 kondisi-kondisi berikut. Secara khas untuk peralatan kecepatan tinggi, ketika aliran bertambah percepatan fluida dapat mendekati kecepatan sonik gas/fluida di suatu tempat di antara stage kompresor. Penempatan ini dapat terjadi di pintu masuk "kerongkongan" impeller atau di pintu masuk "kerongkongan" diffuser vaned. Dalam banyak kasus, secara umumnya tidak merugikan kompresor. Untuk peralatan kecepatan rendah, ketika aliran bertambah, kerugian meningkat. seperti perbandingan tekanan yang jatuh menjadi 1:1.

Referensi:
Wikipedia

Kompresor Axial

KOMPRESOR AXIAL (axial compressor)
 Penjelasan
Kompresor axial terdiri dari komponen yang tidak bergerak dan komponen yang bergerak berputar. Suatu poros menggerakkan drum pusat, yang ditahan oleh bearing, yang mempunyai sejumlah baris aerofoil berbentuk gelang berpasangan. Poros ini berputar diantara baris aerofoil yang tidak bergerak yang jumlahnya sama, terhadap selubung yang berbentuk pipa. Aerofoil yang berputar berbaris selang seling (rotor) dan aerofoil yang diam (stator), dengan rotor yang memberikan/menyalurkan energi ke dalam cairan, dan stator yang mengubah penambahan energi kinetik secara rotasi menjadi tekanan statis melalui proses difusi.. Sepasang aerofoil yang berputar dan tidak bergerak disebut suatu satu stage. Daerah penampang melintang antara rotor drum dan selubung dikurangi arah alirannya untuk menjaga percepatan axial ketika cairan dimampatkan.
 Perancangan
Penambahan tekanan yang dihasilkan oleh single stage terbatas oleh kecepatan relatif diantara rotor dan cairan, dan kemampuan aerofoil berputar dan berdifusi . Suatu stage khas pada kompresor komersil akan menghasilkan suatu peningkatan tekanan antara 15% sampai 60% ( perbandingan tekanan 1.15-1.6) pada kondisi-kondisi merancang dengan efisiensi suatu polytropic pada daerah 90-95%. Untuk mencapai perbandingan tekanan berbeda, kompresor axial dirancang dengan jumlah stage dan kecepatan rotasi yang berbeda.
Perbandingan tekanan stage yang tinggi juga memungkinkan jika kecepatan relatif antara cairan dan rotor adalah supersonik, bagaimanapun ini dicapai atas biaya efisiensi dan kemampuan operasional. Kompresor seperti itu, dengan perbandingan tekanan stage di atas 2, hanya digunakan jika ukuran kompresor diperkecil, berat/beban atau kompleksitas cukup kritis, seperti pada jet yang dipakai militer.
Profil aerofoil dioptimalkan dan dipertemukan untuk putaran dan percepatan spesifik. Walaupun kompresor dapat bekerja pada kondisi-kondisi lain dengan aliran, kecepatan dan perbandingan tekanan yang berbeda, ini dapat menghasilkan pengurangan efisiensi atau bahkan gangguan secara parsial atau keseluruhan pada aliran (dikenal dengan stall dan surge yang berturut-turut). Seperti itu, secara praktis akan membatasi banyaknya stage, dan keseluruhan perbandingan tekanan, berasal dari interaksi stage yang berbeda ketika diperlukan untuk menjauhkan kondisi yang tidak diinginkan pada desain. Kondisi-kondisi diluar perancangan ini dapat dikurangi sampai taraf tertentu dengan menyediakan beberapa fleksibilitas di dalam kompresor itu. Ini dicapai secara normal melalui penggunaan stator yang dapat disetel atau dengan klep yang dapat mengeluarkan cairan dari aliran utama diantara stage (aliran inter-stage).
Mesin jet modern menggunakan satu rangkaian kompresor, bekerja dengan kecepatan berbeda; untuk menyediakan udara dengan perbandingan tekanan sekitar 40:1 untuk pembakaran dengan fleksibilitas yang cukup untuk semua kondisi-kondisi penerbangan.
 Pengembangan
Kompresor axial awalnya memberikan efisiensi yang lemah, sangat lemah kemudian pada awal 1920s sejumlah dokumen mengklaim bahwa suatu mesin jet praktis tidak akan mustahil untuk dibuat. Hal-hal tersebut berubah secara dramatis setelah A. A. Griffith mempublikasikan suatu catatan berkembang di tahun 1926, mencatat bahwa alasan untuk performa yang lemah adalah bahwa kompresor yang sudah ada menggunakan mata pisau rata dan terutama " flying stalled". Ia menunjukkan bahwa penggunaan dari airfoil sebagai ganti mata pisau rata akan secara dramatis meningkatkan efisiensi, secara langsung dimana suatu mesin jet praktis adalah suatu kemungkinan nyata. Ia menyimpulkan catatan itu dengan suatu diagram dasar dari beberapa mesin, yang mencakup suatu turbin kedua yang telah digunakan untuk menggerakkan propeller.
Walaupun Griffith memang dikenal baik dalam kaitan dengan kerjaan awal nya pada kelelahan logam dan pengukuran tekanan, kerjaan kecil nampak telah dimulai sebagai hasil langsung dari catatannya. Satu-satunya usaha nyata yang jelas adalah suatu kompresor test-bed yang dibangun oleh Rekan kerja Griffith's di RAE, Haine Constant. Usaha jet awal yang lainnya, khususnya mereka yaitu Frank Whittle dan Hans von Ohain, berdasarkan pada semakin sempurnanya dan lebih baik memahami kompresor sentrifugal yang secara luas digunakan pada supercharger. Griffith yang yang telah melihat Pekerjaan Whittle di tahun 1929 dan memecatnya, mencatat suatu kesalahan didalam perhitungan dan perjalanan untuk mengakui bahwa ukuran depan mesin akan membuat nya sia-sia pada pesawat terbang kecepatan tinggi.
Kerja yang nyata dari mesin aliran axial dimulai pada akhir 1930an, pada beberapa usaha yang telah dimulai pada waktu yang sama. Di Inggris, Haine Constant mencapai suatu persetujuan dengan perusahaan turbin uap Metropolitan Vickers ( Metrovick) di tahun 1937, memulai usaha mesin turboprop mereka berdasarkan pada disain Griffith pada tahun 1938. pada tahun 1940, setelah berjalan sukses pada Disain Aliran sentrifugalnya Whittle, usaha mereka adalah mendesain ulang jet murni, Metrovick F.2. Di Negara Jerman, Von Ohain yang yang telah memproduksi beberapa mesin sentrifugal yang dapat bekerja, sebagian dari mereka telah diterbangkan termasuk pesawat jet super cepat pertama di dunia (He 178), tetapi pengembangan usaha telah dilakukan oleh Junkers ( Jumo 004) dan BMW ( BMW 003), yang menggunakan disain aliran axial pada jet pemburu pertama di dunia ( Messerschmitt Ku 262) dan bomber jet ( Arado Ar 234). Di Amerika Serikat, baik ruangan pesawat untuk pilot maupun elektrik umum telah dihadiahi kontrak pada tahun 1941 untuk mengembangkan mesin axial-flow, yang berbentuk jet murni, yang kemudian menjadi mesin turboprop. Northrop juga telah memulai proyek mereka sendiri untuk mengembangkan suatu mesin turboprop, dimana Angkatan laut AS telah mengontraknya di tahun 1943. Westinghouse juga masuk balapan tahun 1942, proyek mereka membuktikan untuk menjadi satu-satunya usaha AS yang sukses, yang kemudian menjadi J30.
Pada tahun 1950an mayoritas pengembangan mesin telah bergerak menuju mesin jenis aliran axial. Ketika Griffith mula-mula mencatatnya di tahun 1929, ukuran bagian depan yang besar dari kompresor sentrifugal menyebabkannya mempunyai gesekan lebih tinggi dibanding jenis aliran axial yang lebih dangkal. Apalagi disain aliran axial bisa meningkatkan perbandingan kompresinya dengan hanya menambahkan stage tambahan dan membuat mesinyang sedikit lebih panjang. Pada desain aliran sentrifugal kompresornya sendiri mempunyai diameter yang lebih besar, yang jauh lebih sukar untuk "cocok" dengan baik pada pesawat terbang. Pada sisi lain, disain aliran sentrifugal hanya sedikit kurang kompleks (alasan utama mereka menang dalam balapan adalah untuk mempopulerkan contohnya) dan oleh karena itu mempunyai suatu peran pada tempatnya dimana ukuran dan garis aliran tidak demikian penting. Karena alasan ini mereka tinggal menisakan solusi akhir untuk mesin helikopter, dimana kompresor datar berada dan dapat dibangun untuk berbagai keperluan ukuran tanpa merepotkan garis aliran untuk mendapatkan sudut yang lebih besar.
 Mesin Jet Aliran Axial








Skema kompresor axial tekanan rendah turbojet Olympus BOl.1

Pada aplikasi mesin jet, kompresor dihadapkan pada kondisi pengoperasian secara luas. Pada saat takeoff tekanan pintu masuk tinggi, kecepatan pada pintu masuk nol, dan kompresor berputar pada berbagai kecepatan ketika tenaga diterapkan. Ketika sekali terbang tekanan pintu masuk turun, tetapi kecepatan pada pintu masuk meningkat (dalam kaitan dengan gerakan maju pesawat terbang) untuk memulihkan beberapa tekanan ini, dan kompresor cenderung untuk bekerja pada kecepatan tunggal untuk periode waktu yang lama.
Tidak ada kompresor simpel yang sempurna untuk cakupan kondisi pengoperasian secara luas. Geometri kompresor yang tetap, seperti saat digunakan pada mesin jet pertama kali, terbatas untuk mendesain perbandingan tekanan sekitar 4 atau 5:1. ketika dengan mesin panas manapun, efisiensi bahan bakar betul-betul dihubungkan dengan perbandingan kompresinya, sehingga membutuhkan keuangan yang sangat kuat untuk meningkatkan stage kompresor di luar perbandingan yang dibutuhkan.
Apalagi kompresor dapat menjadi lambat jika kondisi-kondisi pintu masuk berubah dengan kasar, suatu masalah umum pada mesin awalnya. Pada beberapa kasus, jika pelambatan terjadi dekat bagian depan mesin, semua stage yang bekerja dari titik itu akan berhenti mengkompresi udara. Pada situasi ini energi yang diperlukan untuk menjalankan kompresor akan turun secara tiba-tiba, dan sisa udara panas pada bagian belakang mesin mengijinkan turbin untuk menaikkan kecepatan motor secara dramatis. Kondisi ini, dikenal sebagai surging, yaitu suatu masalah utama pada mesin di awal dan sering menunjukkan kompresor atau turbin itu melemparkan mata pisau.
Karena semua pertimbangan ini, kompresor axial pada mesin jet modern lebih rumit dibandingkan dengan rancangan sebelumnya.

Referensi:
Wikipedia

Klasifikasi Proses dan Bentuk Korosi

Klasifikasi Proses dan Bentuk Korosi

Pembagian menurut bentuk, pada umumnya adalah untuk membedakan hasil atau produk korosi yang dapat dilihat, dengan maksud pada mulanya untuk mencatat dan menggolongkan jenis-jenis kerusakan akibat korosi yang terjadi pada struktur atau komponen, sehingga memudahkan dalam analisa. Dengan memahami bentuk dan penyebabnya akan memudahkan upaya-upaya ke arah pengendalian atau perbaikan dalam desain.

1. Klasifikasi Proses Korosi
Klasifikasi proses dapat didasarkan atas korosi suhu rendah dan suhu tinggi, korosi kimia atau oksidasi langsung dan korosi kimia listrik, serta korosi basah dan kering.
Klasifikasi atas dasar korosi basah dan kering yang membedakan aspek lingkungan ini, merupakan klasifikasi yang sederhana tetapi dapat berlaku umum dan mudah diterima. Korosi basah adalah korosi yang melibatkan reaksi di dalam larutan dengan air atau berua elektrolit, sedang korosi kering adalah korosi tanpa adanya komponen air, tanpa phasa cair (uap & gas) yang diasosiasikan dengan reaksi pada suhu tinggi dan terjadinya oksidasi awal.
2. Klasifikasi Bentuk Korosi
Ada beberapa jenis korosi yang dapat diidentifikasi dalam bentuk korosi.
a. Korosi Umum (merata)
Korosi ini terjadi merata pada seluruh permukaan, tidak jelas daerah anoda dan katoda, biasanya kontak dengan asam atau larutan. Pada oksidasi suhu tinggi dan udara kering terjadi juga korosi merata. Produk korosi bisa merupakan lapisan yang melindungi terhdap serangan korosi selanjutnya atau bisa juga larut seperti pada reaksi proses kimia langsung.
b. Korosi Retak Tegang, Lelah dan Hidrogen
Kejadian patah getas pada baja disebabkan oleh lingkungan korosi merata. Retak karena korosi lingkungan seperti ini disebut korosi retak tegang bila ada tegangan yang bekerja, korosi retak lelah bila ada beban siklik yang bekerja dan korosi reta hidrogen, masing-masing di dalam lingkungan korosif.
c. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking)
Gejala retak pada logam dalam kasus ini adalah disebabkan oleh lingkungan korosif dan beban (tegangan) yang terus menerus. Karena aksi kedua faktor ini korosi retak tegang terjadi. Aksi korosi pada daerah konsentrasi tegangan menyebabkan daerah itu melampaui batas luluh (yield). Seterusnya pada pengikisan oleh korosi di daerah ini konsentrasi tegangan menjadi lebih tinggi yang akhirnya retak. Fenomena seperti ini terjadi juga pada bahan non logam.
d. Korosi Retak Lelah (corrosion fatique cracking)
Mirip denga kasus retak beban statis, disini retak disebabkan oleh karena adanya beban siklik (bolak-balik) yang berada dalam lingkungan korosif. Patah terjadi di bawah batas lelah logam.
e. Korosi Retak Pengaruh Hirogen (hydrogen induced cracking)
Retak ini disebabkan oleh peningkatan kegetasan pada permukaan logam dan dalam kristal oleh hidrogen yang berasal dari akibat korosi, lapis listrik (electroplating), pencucian asam (pickling) atau pada proteksi katodik. Kemudian hidrogen juga berdifusi dari permukaan ke dalam kisi kristal. Hidrogen kadar rendah ini bisa keluar lagi dari permukaan oleh pemanasan (reversible). Fenomena lainnya dari bentuk ini adalah penggetasan hidrogen, retak oleh kandungan hidrogen dan oleh tegangan akibat hidrogen.
f. Korosi Sumur (pitting corrosion)
Korosi setempat dari korosi seperti ini terus menembus ke dalam membentuk lubang atau sumur. Korosi ini terjadi bila suatu lapisan pelindung ada bagian yang rusak, maka bagian ini menjadi anoda dan bagian yang utuh atau tempat produksi korosi berada menjadi katoda, dan korosi sumur terjadi pada bagian anoda.
g. Korosi Intergranular
Korosi terjadi pada batas butir kristal, karena serangan selektif dan retak interkristalin terjadi sepanjang batas butir. Kasus pengendapan karbida pada batas butis oleh pengelasan baja tahan karat misalnya, menyebabkan serangan korosi si sebelah-menyebelah sepanjang karbida yang lebih anodis dibanding lainnya yang lebih katodis.
h. Korosi Erosi
Korosi erosi adalah reaksi korosi yang dipercepat oleh kecepatan dan abrasi lingkungan cair yang bergerak serta partikel padat yang terkandung di dalamnya. Peristiwa korosi dan erosi oleh tumbukan cairan pada permukaan logam ini menghasilkan korosi setempat.
i. Kavitasi
Kerusakan material karena pecahnya gelembung-gelembung udara dalam lingkungan cair pada permukaan logam. Pengulangan berturut-turut pecahnya gelembung-gelembung tersebut akan merusak lapisan pelindung, retak atau lelah pada permukaan.
j. Korosi Gesek (fretting corrosion)
Korosi setempat ini terjadi pada antar-muka antara 2 permukaan yang bergesekan dengan tekanan (misalnya karena getaran). Disini terjadi perbedaan regangan elastis sebagai penyebabnya. Retak lelah atau konsentrasi tegangan pada suatu tempat akan menjadi korosi sumur. Lapisan pelindung yang aus akan menimbulkan korosi galvanik atau sel konsentrasi.
k. Korosi Galvanis Panas (thermogalvanic corrosion)
Korosi ini diakibatkan oleh sel galvanik karena perbedaan panas pada suatu batang logam, misalnya pada beban pemanasan atau kehilangan panas yang tak merata. Ini mirip dengan korosi galvanik. Anoda terjadi pada bagian yang panas dan katoda pada bagian yang dingin.
Referensi:
K, Wahyudin. 2000. Handout Teknik Korosi (jilid 1). Bandung: JPTM FPTK UPI.
vlack, van.1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Penerbit Eelangga.


Rabu, 13 Juli 2011

Hasil Percobaan Korosi

Hasil Percobaan Korosi (Corrosion Test Result)

A. Bahan
1. Sample 1: ST 37
Ukuran : 22,05 x 20,86 x 2,18 mm
Berat : 8,20 gr
2. Sample 2: ST 37
Ukuran : 21,64 x 20,24 x 2,18 mm
Berat : 7,10 gr
3. Sample 3: ST 37
Ukuran : 21,92 x 20,16 x 2,18 mm
Berat : 7,40gr
4. NaOH
5. NaCl
6. H2SO4
7. Silica Blue Gel

B. Peralatan
1. Ampelas Kasar
2. Ampelas Halus
3. Vernier Caliper
4. Timbangan
5. Gelas Kimia
6. pH Indicator
7. 3 gelas plastik dan seutas tali

C. Prosedur Kerja
1. Gosok seluruh bagian permukaan ketiga sample dengan ampelas sampai mengkilap, lakukan dengan ampelas kasar terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan yang halus.
2. Setelah semua permukaan ketiga sample terlihat mengkilap, ukur luas penampang dan ketebalannya masing-masing dan catat nilainya.
3. Timbang ketiga sample untuk menentukan berat awal, catat nilainya. (catat 2 angka desimal)
4. Kemudian persiapkan ketiga gelas plastik, ikat masing-masing sample dengan tali dan ujung tali lainnya diikat dengan sepotong lidi. Beri jarak agar pada saat sample dimasukkan, berada dalam keadaan berdiri.
5. Masukkan larutan NaOH, NaCl dan H2SO4 masing-masing sekitar 100 ml ke dalam tiap gelas dan beri tanda pada gelas plastik untuk tiap jenis larutan.
6. Catat harga pH untuk tiap larutan dengan menggunakan pH indicator.
7. Masukkan ketiga sample dan catat waktu pada saat sample dimasukkan.
8. Setelah direndam selama 90 jam, angkat ketiga specimen dan bersihkan dengan air yang mengalir dan jangan digosok.
9. Hitung berat akhir ketiga sample dan catat harganya.
10. Hitung pH akhir masing-masing larutan dan catat harganya.
11. Masukkan ketiga sample terpisah ke dalam plastik yang sudah diberi silica blue gel.
12. Hitung laju korosi tiap sample.

D. Tabulasi Data Hasil Percobaan













E. Perhitungan Laju Korosi
Laju korosi didapat dari rumus:












F. Pembahasan
1. Berdasarkan data di atas, maka dapat dikatakan bahwa laju korosi yang paling tinggi yaitu berada di lingkungan asam, pada praktek ini H2SO4. dan laju korosi yang sangat rendah yaitu berada pada lingkungan basa, pada praktek ini NaOH.
2. Luas permukaan yang terkorosi kemungkinan tidak merata. hal itu disebabkan oleh adanya struktur yang tidak merata pada bahan sample dan adanya goresan-goresan pada sample saat penggosokan dengan ampelas.
3. Harga laju korosi yang telah didaptkan di atas ada kemungkinan tidak akurat disebabkan oleh penarikan angka pada saat sample ditimbang. karena timbangan yang digunakan bukan timbangan digital.
4. berdasarkan tabulasi data di atas dapat dilihat bahwa harga pH NaCl dan H2SO4 menjadi naik setelah sample direndam di dalamnya. namun perubahan harga pH tidak terjadi pada NaOH.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan dan data yang telah diperoleh dan perhitungan yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa laju korosi tertinggi berada pada lingkungan yang bersifat asam, pada praktek H2SO4. Dan laju korosi terendah berada pada lingkungan basa, pada praktek NaOH. Jadi dari kesimpulan di atas, maka upaya yang harus dilakukan seorang engineer dalam perancangan yaitu memberikan perlindungan yang lebih tinggi terhadap produk logam yang akan dipasarkan pada daerah yang mempunyai keasaman tinggi sehingga laju korosi dapat ditekan seminimal mungkin.

Senin, 11 Juli 2011

GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
GTAW (Gas Tungsten Arc Welding), juga dikenal dengan pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas), adalah proses pengelasan listrik dengan menggunakan busur listrik diantara elektroda tungsten dan benda kerja dengan dilindungi oleh gas pelindung (biasanya argon) untuk memperoleh lasan.
 Prinsip kerja GTAW:
Sama halnya dengan SMAW, prinsip kerjanya yaitu dengan mengaktifkan power supply, kemudian benda kerja dijepit dengan kutub listrik yang berlawanan dengan kutub listrik elektroda tungsten. Yang berbeda adalah pada GTAW harus dibuka juga katup gas pelindung. Pada saat elektroda tungsten mendekati benda kerja dengan jarak kira-kira 1,5-3 mm, akan terjadi percikan dan pengelasan dilakukan dengan gerak melingkar dari elektroda untuk membentuk lasan diikuti dengan logam pengisi.
 Komponen-komponen Utama:
• Power Source
• Welding Torch
• Regulator
• Silinder
 Teknik Pengelasan:
Membuat arc:
Lift arc start metode, Set up tungsten extention dengan tepat kemudian arahkan ke base metal, Sentuhkan torch ke base metal perlahan dan tahan 1-2 detik, Angkat torch dengan perlahan, Saat torch diangkat arc akan terbentuk.
HF start (high frequency), Set up tombol HF start metode, Dekatkan torch ke base metal, Press/tekan trigger pada torch, Saat trigger tertekan arc akan terbentuk, Untuk mematikan/stop arc press trigger kembali.
Membuat Stringer Bead:
Lakukan arc starting dengan memberikan sudut awal 90o pada torch, setelah terbentuk biarkan tungsten membentuk weld pool dengan cara memutar torch. Setelah weld pool terbentuk miringkan torch dengan sudut 75o, hal ini bertujuan agar weld pool dapat terlihat jelas dan menghindari burn through pada material yang tipis. Tambahkan filler metal secukupnya ke dalam weld pool yang terbentuk kemudian angkat filler metal,hal ini bertujuan agar antara base metal dan filler metal dapat berfusion dengan baik. Setelah terjadi fusion ulangi langkah diatas secara continue untuk mendapatkan weld bead yang diinginkan.
GTAW/TIG
 Keuntungan:
• Dapat digunakan untuk mengelas logam-logam tipis dan logam nonferro.
• Sering digunakan untuk memperbaiki perkakas dan cetakan, khususnya komponen yang terbuat dari aluminum dan magnesium.
• Hasil lasannya lebih tahan korosi dan cracking dalam waktu yang lama.
 Kerugian:
• Pengelasan ini jarang digunakan karena kesulitannya tinggi, welder harus bisa menjaga jarak yang konstan antara benda kerja dan elektroda.
• Proses pengelasannya menghasilkan radiasi ultraviolet yang memicu kanker kulit.
• Biaya/harga peralatannya sangat mahal.
Alat-alat keselamatan kerja Las GTAW/TIG:
• Kacamata las
• Sarung tangan

GMAW (Gas Metal Arc Welding)

GMAW (Gas Metal Arc Welding)
GMAW (Gas Metal Arc Welding), juga dikenal dengan pengelasan MIG (Metal Inert Gas), adalah proses pengelasan listrik secara otomatis atau semiotomatis dimana kawat elektroda dan gas pelindung (biasanya argon atau helium) diumpankan secara kontinu melalui welding gun.
 Prinsip kerja GMAW:
Proses pengelasannya sangat simpel, karena elektroda secara otomatis diumpankan melewati nyala api. Welder hanya tinggal memposisikan welding gun dan mengarahkannya ke bagian yang akan dilas. Yang perlu diperhatikan adalah jarak antara elektroda dan benda kerja harus dijaga konstan, karena kalau tidak elektroda akan terlalu panas dan akan membuang gas pelindung.
 Komponen-Komponen Utama:
• Welding machine
• Kabel/lead
 Teknik Pengelasan:
Sebelum memulai pengelasan, atur terlebih dahulu kecepatan pengumpanan kawat dan sisakan 10-12 mm kawat yang keluar dari contact tip. Pengelasan dapat langsung dilakukan dengan menekan tombol pada welding gun dan secara otomatis kawat akan langsung diumpankan. Ketika terjadi percikan, gerakan pengelasan dari kanan ke kiri. Atur kecepatan pengelasan sesuai dengan kecepatan pengumpanan kawat.
GMAW/MIG:
 Keuntungan:
• Banyak digunakan dalam industri otomotif, terutama dalam menggunakan las titik.
 Kerugian:
• Pada lasan logam aluminum dapat memunculkan dross dan porositas.
• Menghasilkan cahaya listrik yang sangat terang dan dapat merusak mata
• Sinar UV yang dihasilkan dapat membakar retina mata.

Alat-alat keselamatan kerja Las GMAW/MIG:
• Welding mask/kap las
• Sarung tangan
• Apron
• Pakaian pelindung

Contoh Angket Simentis

Skala mengukur hubungan pertemanan saya kepada teman mengenai egois atau tidaknya saya dalam mengerjakan tugas kelompok.

Nama : Arif Mukhrodin B
NIM : 057042



N = 5
Skor Ideal: Max. = 55
Min. = 5
Skor saya = ......

Contoh Angket Liekert

Angket Untuk Mengetahui Cara Belajar Praktek Las Asetylene Di Workshop
Berilah tanda √ pada salah satu kolom pendapat untuk tiap pernyataan.

Keterangan: SS = sangat setuju
S = setuju
RR = ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju

Senin, 04 Juli 2011

Lorenzo is back

Lorenzo is back

Yeah, senang sekali ketika komentator mengucapkannya, “He (Lorenzo) is back”. Saat itu pula bendera finis dikibarkan dan tiga pembalap melewati garis finis, dengan motor biru bernomor JL (1) berada paling depan.
Hari ini tanggal 3 juli 2007, Lorenzo memperlihatkan gaya bertarung motoGP yang sangat mengagumkan. Setelah beberapa seri tidak bisa juara, akhirnya penantian itu tiba. Hari ini Lorenzo memenangi balapan di sirkuit Mugello, Italia.
Balapan sendiri berjalan sangat sengit. Lorenzo yang start dari posisi 5 langsung memperlihatkan hasil belajarnya dalam menarik gas yang tepat saat start. Hasilnya dia berhasil menyodok ke posisi 2 dibelakang Stoner dan di depan Dovizioso (Dovi). Setelah berada dibelakang stoner, Lorenzo tidak lantas melawan stoner. Dia justru harus berhadapan dengan rekan setim stoner, yaiu Dovi. Pertarungan berjalan sengit antara Lorenzo dan Dovi. Mereka saling melakukan overtake di beberapa tikungan dan cikane. Adu late braking pun diperlihatkan mereka, karena memang sirkuit ini menguji late braking.Hasilnya Lorenzo beberapa kali melebar saat di tikungan. Pertarungan juga terjadi di track lurus saat mengadu kecepatan. Lorenzo terlihat masih bisa mengimbangi kecepatan Dovi di track lurus.
Setelah beberapa kali bertarung, akhirnya Dovi berhasil “dijinakkan” Lorenzo dan mulai menjauhi Dovi. Tak disangka selisih waktu antara Lorenzo dan Stoner mulai menipis, Lorenzo semakin dekat dengan Stoner. Beberapa LAP menjelang finis akhirnya Lorenzo berhasil menyalip Stoner di sebuah cikane. Tanpa perlawanan berarti dari Stoner, Lorenzo melenggang meninggalkan Stoner dan Dovi. Sebelum melewati garis finish, pertarungan juga sempat terjadi antara Dovi dan stoner dimana akhirnya dimenangkan oleh Dovi secara dramatis.
Itulah akhir dari sebuah balapan yang sangat menegangkan. Sebuah balapan berkelas tinggi yang diperlihatkan Lorenzo, yang saya sebut Lorenzo adalah seorang rider yang gaya bertarungnya “Fight till the end”. Saya sendiri dan beberapa pengamat motoGP masih beranggapan hanya Rossi lah yang mampu meladeni gaya bertarung Lorenzo. Karakter Lorenzo yang sekarang sangat saya sanjung. Selamat Lorenzo……saya tunggu kejutan lainnya. Terus perlihatkan balapan yang “menghibur”.

Sabtu, 02 Juli 2011

Dasar-Dasar Ilmu Logam

Dasar-dasar Ilmu Logam

Korosi banyak terjadi pada bahan logam. Korosi merupakan reaksi oksidasi atau pelarutan, pembentukan ion dan pelepasan elektron pada permukaan logam. Mekanisme korosi yang terjadi pada pertemuan logam dengan lingkungannya berhubungan erat dengan jenis logam, kontak antara logam yang berbeda, keadaan struktur mikro dalam hal berbagai phasa yang dipunyai, orientasi dan batas butir kristal, intermetalik, inklusi, cacat, dsb. Keadaan struktur mikro bisa juga diakibatkan oleh adanya unsur paduan, perlakuan panas atau proses pembentukan.

Susunan Atom dan Struktur Kristal

Bahan logam terdiri dari atom-atom yang tersusun rapat dan padat. Kerapatan antara satu atom dengan atom lainnya disebabkan adanya ikatan (bonding). Ikatan antar atom dalam logam termasuk ikatan logam (metallic bonding). Kekuatan ikatan atom mempengaruhi sifat fisik dan mekaniknya. Dalam bahan padat, ikatan ion (ionic bonding) yang terjadi pada bahan keramik misalnya adalah ikatan yang terkuat sehingga sifatnya yang keras dan titik leburnya yang tinggi. Dalam ikatan logam elektron dari masing-masing atom lepas membentuk awan elektron antar atom dan selalu bergerak mengelilingi seluruh atom-atom yang ada. Ikatan ini terjadi karena adanya gaya yang mengikat atom-atom logam yang bermuatan positif (ion) oleh pergerakan elektron-elektron yang bermuatan negatif. Karena adanya awan elektron yang terdiri dari elektron-elektron yang bergerak inilah maka logam memiliki sifat daya hantar listrik yang besar.

Cacat Kristal

Cacat kristal atau cacat dalam keteraturan susunan atom dapat berupa titik, garis dan bidang atau permukaan. Cacat titik adalah bilamana dalam susunan atom ada satu atom kosong (vacancy) yang semestinya ditempati, atau satu atom jenis lain (atom asing) menempati ruang antara (interstisi).
Cacat garis yaitu beberapa atom yang berderet (kontinu) terletak dalam satu bidang tidak menempati kisi, sehingga timbul tegangan sepanjang garis pada sisi bidang cacat. Cacat garis ini disebut juga “dislokasi”. Cacat garis atau dislokasi ini sangat mempengaruhi sifat mekanik (kekuatan atau kekerasan) dari logam.
Struktur kristal, besar butir atau banyak batas butir akan menentukan sifat mekanik. Hal ini tergantung juga dari proses perlakuan panas, proses pembentukan, terpadu dengan unsur lain, dsb. Adanya phasa-phasa lain karena unsur paduan akan mempengaruhi proses terjadinya korosi.

Phasa

Istilah phasa digunakan untuk menyatakan hal-hal yang berkaitan dengan adanya perbedaan homogenitas dari suatu campuran (larutan), atau untuk keadaan fisik (padat, cair dan gas). Phasa adalah bagian tertentu yang homogen dari suatu bahan heterogen, atau bagian dari suatu sistem yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang seragam (uniform).
Bilamana suatu unsur terpadu dengan satu unsur lain, secara sederhana ada kemungkinan terjadi sebagian unsur tersebut larut dan sebagian lagi tidak terlarut, atau sebagian kaya akan unsur pelarut, sebagian lagi kaya akan unsur terlarut. Keadaan ini akan membentuk menjadi dua phasa. Terjadinya dua phasa ini dengan lain perkataan disebabkan oleh kelarutan yang terbatas. Unsur yang melarut dengan jumlah melebihi dari jumlah maksimum yang dapat larut, sisanya akan membentuk phasa lain. Dalam sistem paduan padat dua unsur yang dapat melarut disebut larutan padat. Suatu sistem dikatakan membentuk larutan padat bilamana dua jenis unsur atau lebih, larut sempurna, yaitu atom-atom unsur terlarut menempati dan menggantikan tempat atom unsur pelarut dalam kisinya (subtitusi) atau menempati ruang antar atom-atom unsur pelarut (interstisi).

Diagram Phasa

Keterbatasan melarut dari suatu unsur dengan unsur lainnya akan menimbulkan phasa-phasa lain dari bagian sisanya yang tidak larut. Karena suhu mempengaruhi besarnya batas larut, maka suhu akan mempengaruhi pula jenis-jenis phasa yang terjadi. Dengan demikian pada umumnya jumlah jenis phasa pada suhu yang lebih tinggi berkurang dan secara ekstrim hanya terjadi satu phasa pada suhu pencairan yaitu phasa cair.

Referensi:
K, Wahyudin. 2000. Handout Teknik Korosi (jilid 1). Bandung: JPTM FPTK UPI.
vlack, van.1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Penerbit Eelangga.

GMAW (Gas Metal Arc Welding)

GMAW (Gas Metal Arc Welding)

GMAW (Gas Metal Arc Welding), juga dikenal dengan pengelasan MIG (Metal Inert Gas), adalah proses pengelasan listrik secara otomatis atau semiotomatis dimana kawat elektroda dan gas pelindung (biasanya argon atau helium) diumpankan secara kontinu melalui welding gun.
  • Prinsip kerja GMAW:
Proses pengelasannya sangat simpel, karena elektroda secara otomatis diumpankan melewati nyala api. Welder hanya tinggal memposisikan welding gun dan mengarahkannya ke bagian yang akan dilas. Yang perlu diperhatikan adalah jarak antara elektroda dan benda kerja harus dijaga konstan, karena kalau tidak elektroda akan terlalu panas dan akan membuang gas pelindung.
  • Komponen-Komponen Utama:
- Welding machine
- Kabel/lead
  • Teknik Pengelasan:
Sebelum memulai pengelasan, atur terlebih dahulu kecepatan pengumpanan kawat dan sisakan 10-12 mm kawat yang keluar dari contact tip. Pengelasan dapat langsung dilakukan dengan menekan tombol pada welding gun dan secara otomatis kawat akan langsung diumpankan. Ketika terjadi percikan, gerakan pengelasan dari kanan ke kiri. Atur kecepatan pengelasan sesuai dengan kecepatan pengumpanan kawat.

  • Keuntungan:
- Banyak digunakan dalam industri otomotif, terutama dalam menggunakan las titik.
  • Kerugian:
- Pada lasan logam aluminum dapat memunculkan dross dan porositas.
- Menghasilkan cahaya listrik yang sangat terang dan dapat merusak mata
- Sinar UV yang dihasilkan dapat membakar retina mata.

  • Alat-alat keselamatan kerja Las GMAW/MIG:
- Welding mask/kap las
- Sarung tangan
- Apron
- Pakaian pelindung

Contoh Pembuatan Storyboard

Program : Microsoft Office Power Point 2003
Materi : Proses Pengecoran Logam
Sasaran : Jurusan Pendidikan Teknik Mesin UPI Bandung
Durasi : Tiap pertemuan 2 x 45 Menit
Programer/penulis : Arif Mukhrodin B


A. Kompetensi Dasar
Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan teknik pengecoran ini diharapkan Mahasiswa dapat memahami berbagai jenis pengecoran logam berdasarkan jenis cetakannya, macam-macam cetakan yang digunakan dalam pengecoran logam, aplikasi jenis pengecoran, berbagai hal mengenai pengecoran proses-V mulai dari pengertian, urutan proses sampai aplikasinya.

B. Indikator
Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan teknik pengecoran ini diharapkan Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan berbagai jenis pengecoran logam berdasarkan jenis cetakannya.
2. Menjelaskan macam-macam cetakan yang digunakan dalam pengecoran logam.
3. Menjelaskan aplikasi jenis pengecoran logam.
4. Menjelaskan berbagai hal mengenai pengecoran proses-V.
5. Menghasilkan benda kerja dengan mengunakan proses pengecoran cetakan expendable.

C. Pokok – pokok Materi
1. Klasifikasi pengecoran berdasarkan jenis cetakan
• Pengecoran cetakan expendable
• Pengecoran cetakan nonexpendable (permanent)
2. Pengecoran cetakan expendable
• Pencetakan Pasir
• Pencetakan Pasir Terbuka
• Pencetakan Tempurung
• Pencetakan Penanaman
• Pencetakan Plaster
• Pencetakan Vacuum (Proses-V)
3. Pengecoran cetakan nonexpendable (permanent)
• Permanent Mold Casting
• Die Casting
• Centrifugal Casting
• Gravity Die Casting

D. Treatment
Program Microsoft office powerpoint 2003 ini diawali dengan memunculkan judul dari materi yang akan dibahas disertai dengan muncul logo upi, nama dan nim penulis, dan identitas lembaga penulis. Kemudian untuk melanjutkan ke slide selanjutnya pengguna harus mengklik mouse bagian kiri satu kali. Muncul judul materi yang akan dibahas dan sudah mulai masuk ke pembahasan. Pengguna hanya harus mengklik pilihan kalimat yang disediakan, maka akan muncul isi dari kalimat tersebut. Untuk langkah selanjutnya hampir sama seperi yang sudah dijelaskan. Isi tiap materi akan mencapai batas yang ditetapkan yaitu akan muncul tombol di sebelah kanan bawah slide, apabila tombol tersebut muncul maka pengguna harus mengkliknya agar kembali ke menu utama. Ketentuan ini berlaku untuk semua isi tiap materi yang berbeda. Apabila sudah mencapai materi akhir, maka pengguna harus mengklik tombol yang ada di kanan bawah unuk kembali ke tampilan awal dan mengakhiri perkuliahan.

E. STORYBOARD
1 SCENE I
Mucul intro berupa judul materi yang akan dibahas, logo UPI, nama & NIM penulis serta identitas lembaga.

2 SCENE 2
Setelah Mouse diclick akan muncul pilihan untuk memilih dua kategori umum dalam proses pengecoran logam.

3 SCENE 3
Apabila memilih salah satu diantara dua pilihan tersebut maka akan memasuki tampilan baru berupa pilihan untuk memilih salah satu klasifikasi umum.


4 SCENE 4
Apabila memilih salah satunya, maka akan mulai memasuki isi atau bahasan materi yang dipilih.

5 SCENE 5
Isi materi yang ditampilkan akan mencapai batasnya yaitu apabila ada tombol disebelah kanan bawah. Pengguna harus mengklik tombol itu untuk kembali ke scene 3.
Ketentuan tersebut berlaku untuk semua pilihan materi pada scene 3. Pengguna tidak boleh mengklik tombol mouse pada saat muncul tombol, karena akan merusak urutan pembelajara.
6 SCENE 6
Ada hal yang harus diperhatikan pada saat memilih materi mengenai pencetakan vacuum, yaitu pada saat memasuki urutan proses. Pengguna harus mengklik gambar urutan proses secara berurutan sehingga akan muncul penjelasan terhadap proses tersebut.
Penjelasan tiap proses akan muncul gambar yang sama dengan gambar yang diklik.
Pengguna harus menunggunya beberapa detik untuk mendapatkan gambar nyatanya.
Penjelasan tiap proses akan mencapai batasnya dengan ciri ada tombol di sebelah kanan bawah. Tombol tersebut harus diklik agar kembali ke gambar urutan awal proses.
7 SCENE 7
Setelah semua materi dalam kategori umum dijelaskan maka akan kembali ke scene 2. apabila diklik pilihan yang satunya maka akan memasuki materi baru.

8 SCENE 8
Kemudian akan muncul pilihan materi baru, sama seperti ketentuan pada scene 3. pilihan materi harus diklik dan akan mencapai batasnya apabila terdapat tombol di kanan bawah. Apabila sudah menjelaskan materi terakhir pengguna harus mengklik tombol yang ada di kanan bawah untuk kembali ke scene 1.

Analisis Ongkos Produksi Tugas Akhir

Analisis Ongkos Produksi (production cost) Tugas Akhir Rancang Bangun

Judul Tugas Akhir : Rekonstruksi Transmisi Feeding Mesin Bubut Shenwei
Penyusun : Asep Abdul Aziz Amarullah (020822)
Tahun : 2005

A. Analisis Awal
Permasalahan yang diangkat penyusun dalam tugas akhirnya yaitu adanya kerusakan roda gigi pada transmisi feeding mesin bubut Shenwei sehingga penyusun mencoba untuk merekonstruksinya dengan cara membua roda gigi tersebut. Setelah membaca dan memahami beberapa isi pembahasan, maka ditemukan kelemahan yang ada dalam bagian pembahasan. Kelemahan tersebut yaitu karena dalam pembuatan roda gigi tersebut penyusun tidak membuatnya sendiri, maka perhitungan ongkos total perproduk kurang efisien. Hal itu dikarenakan pada proses pembuatan roda gigi, penyusun mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar ongkos pekerja yang melakukan proses pemesinan untuk membuat roda gigi tersebut. Untuk itu saya akan mencoba membandingkan biaya total perproduk yang dikeluarkan apabila dikerjakan sendiri dengan workshop produksi sebagai tempat pembuatannya. Namun dalam perhitungan ini, saya hanya membatasi pada perhitungan ongkos operasi mesin permenit, ongkos mata potong pahat dan ongkos material saja.

B. Spesifikasi Benda
Jumlah gigi yang akan dibuat (z) = 28
Modul (m) = 1,5
Tebal gigi (b) = 10 mm
Diameter lubang = 17 mm

C. Ukuran awal benda
Bahan : SNC 1 (baja krom nikel)
Diameter : 50 mm
Panjang : 15 mm
D. Langkah-langkah Bubut
1. Bor benda kerja dengan mesin bubut, dengan diameter bor 6 mm, 12 mm dan 17 mm. tiap penggunaan bor dilanjutkan dengan membesarkan lubang (boring)¬. Putaran mesin yang digunakan yaitu:
n =(1000xCs)/(3,14xd) = (1000x27)/(3,14x17) = 505,80 rpm
2. lakukan pembubutan muka (facing) dengan tebal 10 mm.
3. Pasang mandrel untuk mendukung benda kerja. Kemudian lakukan pembubutan rata sampai mencapai Ø 45 mm. Lakukan pembubutan dengan putaran mesin:
n =(1000xCs)/(3,14xd) = (1000x27)/(3,14x45)= 191,08 rpm

E. Langkah-langkah Frais
1. Jepit mandrel pada ragum mesin frais, atur benda kerja agar dudukan center dengan mata pisau.
2. Tempelkan ujung pisau ke benda kerja.
3. Geser benda kerja ke arah depan ± ½ Ø pisau dengan memutar spindle.
4. Atur kedalaman pemakanan 3,3 mm.
5. Kemudian melakukan perhitungan pelat index:
Nc =40/z =40/28 = 1 12/28
1 putaran ditambah 12 lubang pada jumlah lubang 28
6. Atur mesin dan prirng pembagi sesuai perhitungan di atas.
7. Putar piring pembagi setiap melakukan penyayatan.
8. Lakukan penyayatan sampai mencapai jumlah gigi yang akan dibuat.

F. Ongkos Operasi Mesin Permenit
1. Ongkos Operasi Mesin Bubut
Data mesin bubut yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Jenis Mesin bubut : Konvensional
Merek/model : KIANGSI / C 6127 A
Tahun pembuatan : 1984
Luas lantai : 1,5 x 2 = 3 m2
Dimensi benda kerja : Ø 270 x 800 mm
Daya nominal : 2,6 kW

Mesin dibeli tahun 1985 dengan harga Rp 30.000.000,-, periode penyusutan 30 tahun, biaya bunga-pajak asuransi sebesar 25 %, maka pada tahun tersebut (2005) ongkos penyusutannya adalah:
Cfx = Co (1/y) + Co [1-((x-1)/y) ] Ipti
= 30.000.000(1/30) + 30.000.000 [1-((19-1)/30 ]. 0,25
= Rp 4.000.000/tahun

Jika harga daya Rp 1.000 per kWh, maka ongkos daya yang diperkirakan dari daya nominal (2,6 kW) dengan asumsi efisiensi beban 60 %, dan aktivitas pemesinan rata-rata 40 % adalah:
Ongkos daya permenit adalah : 2,6 x 0,6 x 0,4 x 1000/60 = Rp 10,4/menit
Ongkos operator pertahun : Rp 0 (operator adalah penyusun tugas akhir)
Dengan demikian ongkos variable langsung adalah:
Cd = (0 + 10,4 x J) Rp/tahun
Bagi mesin ini dikenakan beban tak langsung sesuai dengan luas lantai yang digunakannya, yaitu:
Ci = 3 x 566.200 = Rp 1.698.600/tahun
Dengan demikian ongkos operasinya dengan asumsi mesin bekerja selama 1 shift adalah:
cm =(4.000.000/110.000)+0+10,4+(1.698.600/110.000)
= 36,36 + 10,4 + 15,44 = Rp 62,2/menit
Berdasarkan data dari Tugas Akhir, diperoleh waktu pengerjaan dengan menggunakan mesin bubut adalah: tm = 0,15 jam = 9 menit. Maka ongkos pemesinan dengan mesin bubut yaitu:
Cm = cm.tm = 62,2 x 9 = Rp 559,8

2. Ongkos Operasi Mesin Frais
Data mesin frais yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Jenis Mesin frais : Konvensional
Merek/model :
Tahun pembuatan : 1985
Luas lantai : 2 x 2 = 4 m2
Dimensi benda kerja :
Daya nominal : 3,2 kW

Mesin dibeli tahun 1985 dengan harga Rp 28.000.000,-, periode penyusutan 30 tahun, biaya bunga-pajak asuransi sebesar 25 %, maka pada tahun tersebut (2005) ongkos penyusutannya adalah:
Cfx = Co (1/y) + Co [1-((x-1)/y) ] Ipti
= 28.000.000 (1/30) + 28.000.000 [1-((19-1)/30) ]. 0,25
= Rp 3.733.333/tahun

Jika harga daya Rp 1.000 per kWh, maka ongkos daya yang diperkirakan dari daya nominal (3,2 kW) dengan asumsi efisiensi beban 60 %, dan aktivitas pemesinan rata-rata 40 % adalah:
Ongkos daya permenit adalah : 3,2 x 0,6 x 0,4 x 1000/60 = Rp 12,8/menit
Ongkos operator pertahun : Rp 0 (operator adalah penyusun tugas akhir)
Dengan demikian ongkos variable langsung adalah:
Cd = (0 + 12,8 x J) Rp/tahun
Bagi mesin ini dikenakan beban tak langsung sesuai dengan luas lantai yang digunakannya, yaitu:
Ci = 4 x 566.200 = Rp 2.264.800/tahun
Dengan demikian ongkos operasinya dengan asumsi mesin bekerja selama 1 shift adalah:
cm =(3.733.333/110.000)+0+12,8+(2.264.800/110.000)
= 33,94 + 12,8 + 20,6 = Rp 67,34/menit

Berdasarkan data dari Tugas Akhir, diperoleh waktu pengerjaan dengan menggunakan mesin frais adalah: tm = 1 jam = 60 menit. Maka ongkos pemesinan dengan mesin frais yaitu:
Cm = cm.tm = 67,34 x 60 = Rp 4040,4

3. Ongkos Operasi Mesin Gerinda
Data mesin gerinda yang digunakan dalam pembuatan roda gigi ini adalah:
Jenis mesin gerinda : gerinda bangku
Proses gerinda : proses gerinda silindrik luar tanpa centre dengan pemakanan melintas
Daya nominal : 1,5 kW
Luas lantai : 1 x 1 = 1 m2
Ukuran batu gerinda : Ø 300 mm, tebal 32 mm
Bentuk batu gerinda : tipe 1 lurus
Bahan batu gerinda : 4A 36 L 5 V (batu gerinda dengan jenis serbuk Aluminum Oxide (Al2O3), ukuran grain 36 (mesh number: medium), grade L (kekuatan ikatan: medium), struktur batu gerinda 5 (medium), bahan pengikat V (vitrifield, ceramic)
Harga mesin gerinda berikut meja dan pemasangan Rp 2.000.000. penyusutan selama 10 tahun dengan bunga-pajak asuransi 25 % pertahun, maka ongkos tetapnya:
Cf = 2.000.000(1/10)+((10+1)/(10x2))0,25
= Rp 475.000/tahun
Ongkos operator = Rp 0 (pengasahan dilakukan penyusun)
Ongkos daya rata-rata dengan efisiensi beban sekitar 40 % dan kegiatan pemesinan sekitar 60 %, harga daya listrik Rp 1000 per kWh, maka ongkos variable langsingnya adalah:
Cd= = 1,5 x 0,4 x 0,6 x 750/60
= 6 J Rp/tahun
Bagi mesin ini dikenakan beban tak langsung sesuai dengan luas lantai yang digunakannya, yaitu:
Ci = 1 x 566.200 = Rp 566.200/tahun
Dengan demikian ongkos operasinya dengan asumsi mesin bekerja selama 1 shift adalah:
cg =(475.000/110.000)+0+6+(566.200/110.000)
= 4,32 + 6 + 5,15 = Rp 15,5/menit

Batu gerinda berharga Rp 150.000 dapat ditajamkan sampai sekitar 350 kali (setiap penajaman menghilangkan lapisan sekitar 0,2 mm; diameter baru 300 mm dan diameter akhir 150 mm) batu gerinda baru diseimbangkan oleh operator mesin selama 10 menit. Harga dresser Rp 300.000 yang dapat digunakan sekitar 20.000 kali, waktu pemasangan dan pengambilan dresser 2 menit, sedangkan waktu operasi penajaman sekitar 1,5 menit. Dengan demikian, ongkos batu gerinda perpenajaman adalah:
ce =Rp 484,69
Rp 485/penajaman

Karena proses pembubutan hanya memerlukan 1 kali penajaman, maka:
ce = Rp 485

G. Ongkos Mata Potong Pahat
Pahat yang digunakan berbahan HSS dengan harga Rp 12.000 dengan jenis pahat rata kanan. Karena pengasahan dilakukan oleh penyusun, maka ongkos mata potong pahat sama dengan biaya pembelian pahat.
Sedangkan untuk pisau mesin frais tidak dipungut biaya karena asumsi bahwa mengontrak mata kuliah tugas akhir sudah termasuk biaya pisau mesin frais.

H. Ongkos Material
Material diasumsikan telah terpotong dengan spesifikasi:
Bahan : SNC 1 (baja krom nikel)
Diameter : 50 mm
Panjang : 15 mm
Dengan ongkos pemotongan Rp 5000
Harga per kg = Rp 7500
Berat = 0,37 kg
Maka:
CMO = 0,37 x 7500 = Rp 2.775

I. Biaya Pengujian Bahan
Bahan : SNC 1 (baja krom nikel)
Merek Mesin : Mitutoyo
Jenis Pengujian : Brinell
Harga per penusukan : 2500
Jumlah penusukan : 5
Maka biaya total pengujian = Rp 2500 x 5 = Rp 12.500

Jadi ongkos total perproduk, dalam hal ini pembuatan 1 buah roda gigi, apabila dikerjakan di workshop mesin produksi adalah:
Cu = ongkos operasi mesin bubut + ongkos operasi mesin frais + ongkos operasi mesin gerinda + ongkos mata potong pahat + ongkos material + ongkos pengujian bahan
= 559,8 + 4040,4 + 485 + 12.000 + 2.775 + 12.500
= Rp 32.360,2
Rp 32.400

J. Analisis Akhir
Biaya total pembuatan roda gigi yang dilakukan oleh penyusun adalah Rp 71.900. Sedangkan biaya total pembuatan roda gigi di atas dengan asumsi pembuatan dilakukan di workshop produksi dan perancangan adalah Rp 32.400. sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila pembuatan roda gigi tersebut benar-benar dilakukan di workshop produksi dan perancangan, maka penyusun dapat menghemat biaya produksi sekitar 55 % atau sekitar Rp 39.500. Oleh karena itu, sebaiknya selama masih mengenyam pendidikan di UPI, pergunakanlah fasilitas yang ada dengan ditunjang kemampuan yang kita miliki dalam proses pemesinan.

Konsep Galvanis dalam Korosi

Korosi pada prinsipnya terjadi karena adanya variasi atau ketidakseragaman dalam materi yang berada dalam lingkungan korosif. Ini merupakan mekanisme utama terjadinya korosi yaitu adanya suatu sistem dimana elektron dilepaskan dari bagina yang mudah larut mengalir ke bagian yang susah larut, atau bagian-bagian yang mengalami oksidasi dan reduksi. Dalam suatu reaksi kimia biasa antara logam dam pelarut asam, harus ada bagian yang tidak larut untuk menampung elektron-elektron yang dilepaskan dari tempat sebelahnya seperti ditunjukkan pada gambar di bawah antara logam seng dan larutan HCl (korosi hidrogen). Reaksi ini bisa dirinci menurut reaksi pelpasan ion Zn2+ dan elektron atau reaksi oksidasi (anodik),
Zn → Zn2+ + 2e
Reaksi pembentukan molekul H2 dari reduksi H+ (katodik),
2H+ + 2e → H2
Dan ion Zn2+ yang terjadi bereaksi dengan Cl- menjadi ZnCl2,
Zn2+ + 2Cl- → ZnCl2
Dan secara total, reaksi tersebut:
Zn + HCl → ZnCl2 + H2 ↑
Reaksi antara logam dan larutan (netral atau alkali) yang mengandung oksigen juga dapat diterangkan menurut perincian reaksi-reaksi oksidasi-reduksi atau anodis-katodis.
Peristiwa pertama di atas yang disebut juga korosi asam dapat dijelaskan lebih lanjut dimana kejadiannya disebabkan oleh adanya perbedaa materi dalam ukuran mikro, misalnya perbedaan phasa (lihat gbr di baawah), antara 2 phasa yang bersifat anodik bergantung dengan phasa yang bersifat katodik.
Ketidakseragaman materi dalam ukuran mikro selain berbeda dalam phasa juga terdapatnya endapan (misalnya karbida), inklusi dan sebagainya.
Perbedaan materi secara makro dalam hall tingkat relativitas terhadap lingkungannya, misalnya antara 2 jenis logam yang berbeda menimbulkan posisi logam mana yang lebih reaktif atau lebih anodik, logam mana yang lebih mulia atau lebih katodik. Kedudukan tingkat kemuliaan dari berbagai jenis logam tersusun dalam urutan yang menjadi suatu deret yaitu deret galvanis, pada lingkungan dan kondisi tertentu.
Bila ada 2 logam yang berbeda dan kontak satu sama lain, berada dalam lingkungan korosif, maka logam yang lebih atas atau lebih anodik diantara kedua logam itu dalam posisi deret galvanis, maka logam tersebut menjadi terkorosi dan bersifat pelindung terhadap logam lainnya yang lebih katodik. Makin jauh posisi antara 2 logam dalam deret tersebut makin besar potensi korosinya.
Selain perbedaan materi atau jenis logam dan konsentrasi, faktor perbedaan atau adanya tegangan yang dialami suatu logam, bisa menimbulkan daerah-daerah anodik dan katodik. Batas nutir misalnya mudah teretsa atau mudah terkorosi (anodik) karena ada tegangan antara atom yang mempunyai susunan dan kedudukan atom-atom yang tidak sempurna. Daerah ini menjadi lebih reaktif dibanding dengan butir kristal karena ikatan-ikatan atom yang tidak lengkap dan tidak seimbang, atau mempunyai tingkat energi yang lebih tinggi, lihat gambar di bawah:
Hal yang sama dari efek tegangan dalam ini terhadap korosi terjadi pada logam-logam yang telah mengalami proses olah dingin (cold worked). Proses ini meninggalkan tegangan dalam karena peregangan (deformasi).

Referensi:
K, Wahyudin. 2000. Handout Teknik Korosi (jilid 1). Bandung: JPTM FPTK UPI.
vlack, van.1985. Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Penerbit Eelangga.

Jumat, 01 Juli 2011

Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.
Kemudian Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Heinich, Molenda, Russel (1996:8) menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a channel of communication, example include film, television, diagram, printed materials, computers, and instructors. (Media adalah saluran komunikasi termasuk film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur)”. AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977), memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya.

Media pembelajaran dapat juga diartikan sebagai suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Ramiszowski mengungkapkan “media” as the carriers on messages, from some transmitting source which may be a human being or inanimate object), to the receiver of the message (which in our case is the learner).
Jenis media dalam pembelajaran adalah :
1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster, dan komik.
2. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.
3. Media proyeksi seperti slide, film stips, film, dan OHP
4. Lingkungan sebagai media pembelajaran

Menurut wilkinson, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni :
1. Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.
2. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.
3. Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara siswa. Misalnya kalau siswa tergolong tipe auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4. Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.
5. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

Menurut Canei, R. Springfield, dan Clark., C. (1998 : 62) dasar pemilihan alat bantu visual adalah memilih alat bantu yang sesuai dengan kematangan, minat dan kemampuan kelompok, memilih alat bantu secara tepat untuk kegiatan pembelajaran, mempertahankan keseimbangan dalam jenis alat bantu yang dipilih, menghindari alat bantu yang berelebihan, serta mempertanyakan apakah alat bantu tersebut diperlukan dan dapat mempercepat pembelajaran atau tidak.

Dalam kaitannya dengan ciri-ciri media pembelajaran, Hamalik (1985:23) mengungkapkan media pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata ”raga” artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar. Dan dapat diamati melalui panca indera.
2. Tekanan utama terletak pada benda-benda atau hal-hal yang dapat dilihat atau didengar.
3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
4. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
5. Berdasarkan poin 3 dan 4, maka pada dasarnya media pengajaran merupakan sebuah perantara dan digunakan dalam dunia pendidikan.
6. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan teknik, yang sangat erat kaitannya dengan metode mengajar.

Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat banyak, Hamalik (1985: 27) mengemukakan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Memperbesar perhatian para siswa, meningkatkan kegairahan belajar, meningkatkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3. Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
4. Memberikan pengalaman yang nyata sehingga dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa menurut kemampuan dan minatnya.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan terus-menerus, hal itu terutama terdapat dalam gambar hidup.
6. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton (Tn. 1985) yaitu:
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru berubahan kearah yang positif

Teori brets yang diterjemahkan oleh Sadiman, dkk (1992: 35-36) mengatakan bahwa ’Ciri utama media menjadi tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak’. Lebih jauh lagi Sadiman, dkk (1991: 206) mengelompokan media pembelajaran menjadi tiga bagian yaitu:
1. Media Auditif (media dengar)
Media ini mengandalkan kemampuan suara yang digunakan untuk merangsang indera pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pembelajaran, misalnya: kaset, piringan hitam dan radio tape recorder.
2. Media Visual (media pandang atau lihat)
Media visual mengandalkan indera penglihatan, digunakan untuk membantu indera penglihatan pada saat menerima mata pelajaran, misalnya: gambar, diagram, chart, peta (globe), slide film dan film bisu.
3. Media Audiovisual (media pandang dengar)
Media ini mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media auditif dan media visual, misalnya: film, televisi, video casette dan komputer.

Brets membedakan antara media siar (telecommunication) dengan media rekam (record) menjadi delapan delapan kalsifikasi, yaitu:
a) Media audio motion visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan, dan bentuk objeknya dapat dilihat.
b) Media audio still visual, yakni media yang memiliki suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan.
c) Media audio motion, mempunyai suara dan gerak namun tidak menampilkan suatu gerakan secara utuh seperti tele writing atau tele board.
d) Media motion visual, media yang mempunyai objek bergerak.
e) Media still visual, ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip, microform, gambar.
f) Media semi motion, yakni menggunakan garis dan tulisan seperti teleautograf.
g) Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon.
h) Media cetakan, hanya menampilkan simbol-simbol tertentu yaitu huruf.

Berdasarkan karakteristik yang dikandung oleh media, maka Sudjana dan Rivai (2005: 5) mengemukakan pedoman pertimbangan pemilihan media sebagai berikut:
a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sanga memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya.
d. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Ali (1993: 72) mengemukakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:
a) Jenis kemampuan yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan sebagaimana diketahui bahwa tujuan pengajaran itu menjangkau daerah kognitif, afektif dan psikomotor.
b) Kegunaan dari berbagai jenis media mempunyai nilai kegunaan masing-masing. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan suatu jenis media.
c) Kemampuan guru dalam menggunakan satu jenis media, betapa tingginya nilai kegunaan tidak akan memberikan manfaat sedikitnya ditangan orang yang tidak mampu menggunakannya.
d) Fleksibilitas tahan lama dan kenyamanan media. Memilih media harus dipertimbangkan kenyamanan dalam artian dapat digunakan dalam berbagai situasi, strategi, tahan lama, hemat biaya dan tidak berbahaya jika digunakan.
e) Keefektifan suatu media jika dibandingkan dengan jenis media lain untuk digunakan dalam pengajaran suatu bahan tertentu.

Referensi
1. Hamalik, O. (1985). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
2. Sadiman, Arief, dkk. (2005). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
3. Sudjana, N dan Rivai, A. (1989). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
4. Hermawan, AD. (2007). Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sub Kompetensi Identifikasi Engine dan Komponennya. Skripsi pada JPTM FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan
5. ____. (2006). Hakikat Media dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://kurtek.upi.edu/media/sources/BAB%201.doc [14 Mei 2008]

Macam-Macam Metode Pembelajaran

Macam-macam Metode Pembelajaran :

1. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah dilaksanakan.
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b. Kekurangan Metode Ceramah
1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan.
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.

2. METODE PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

3. METODE EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

4. METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.

5. METODE DISKUSI
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih for¬mal.

6. METODE LATIHAN
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b. Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.

7. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman

8. NUMBERED HEAD TOGETHER ((KEPALA BERNOMOR) (SPENCER KAGAN, 1992)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan

9. COOPERTIVE SCRIPT (DANSEREAU CS., 1985)
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup

10. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan

11. JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup

12. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup

13. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

14. MAKE - A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup

15. THINK PAIR AND SHARE (FRANK LYMAN, 1985)
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup

16. BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

17. SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup

18. TEBAK KATA
Media :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi
Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN

19. KELILING KELOMPOK
Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
Caranya………….?
1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

20. COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8. Penutup


Sumber :
Djamarah, Bahri, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2000.
Sagala, H.Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta, 2006.
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda karya, 2000.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru, 1989.

Banner

Adsense Indonesia